Karena Masa Lalu Selalu Aktual, Mitologi Bisa Jadi Futurologi

Sungai Datar di wilayah Ajibarang, Banyumas di tahun 1900 (Foto Koleksi Tropen Museum)


BANYUMAS kaya akan cerita, termasuk Banyumas Kulon atau Banyumas bagian barat khususnya wilayah yang berada di barat Sungai Mengaji yang menjadi perbatasan atau lintasan wilayah Pajajaran dan Majapahit di masa silam. 

Meski mungkin banyak bukti arkeologi yang telah hilang karena rusak atau dicuri, namun untuk warisan tutur leluhur hingga sekarang sebagian masih diingat dan diwariskan. Termasuk soal syair atau sajak mitologi yang tak lain bisa jadi menjadi futurologi. 

Mungkin benar kata jurnalis sejarah P Swantoro, jika 'Masa Lalu Selalu Aktual'. Bisa dijelaskan jika pitutur leluhur masa lalu bahkan bisa melampaui jaman atau melintas masa sekarang. Tak heran jika orang-orang di masa sekarang akan terkagum dengan leluhurnya yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. 

Berikut ini beberapa syair atau sajak yang berhasil diingat dan dihimpun oleh Trisnatun, seorang pendidik asal Gumelar yang gemar menelisik sejarah masa lampau dan pitutur para leluhur. 

Terkait tafsir akan syair dan sajak warisan leluhur ini, silakan pembaca menafsirkannya sendiri. 


Lung gadung woh sebedug gedene,putih rupane (Tanaman gadung berbuah sebesar beduk, putih rupa warnanya)

Kena nggo pangan anak putu ora entek selawase (Bisa untuk makanan anak cucu, tak habis selamanya)

Poma  rong poma,(Tapi awas jangan!)

Aja nganti di bukak kulite (Jangan sampai dibuka kulitnya)

Senajan sejeroning bedug ana golek kencanane (Meski di dalam beduk ada boneka kencana)

Bakal ndrawasi kedadiyane 
(Akan berbahaya akibat kejadiannya)

Nuwuhaken bebaya tumrap sekabehane (Bisa membayakan untuk semuanya)

Lamun wis tekan titi wancine 
(Jika sudah tiba saatnya)

Nalika ana putri di wudani 
(Ketika ada  putri ditelanjangi)

Gunung jugrug jurang dadi ratan (gunung ambruk,lembah terurug rata)

Gajah mlampah pinggir kali 
(Gajah berjalan di tepi sungai)

Lung gadung ilang gunane (Tanaman gadung akan hilang gunanya)

Akeh wong manca pada teka (Banyak orang asing berdatangan)

Sesembahane golek kencana (Sesembahan mereka patung emas)

Ora nyembah marang Gusti Allah (Tak menyembah Gusti Allah )

Sebab kesengsem emas sinangling (karena tertarik oleh kilaunya emas)

Karo sanak kadang banjur pangling (kepada sanak saudara akhirnya lupa)

Ngerti sedurunge winarah (Mengetahui sebelum melihat mengalami, red). Begitulah yang sering diutarakan atau diselatankan orang tua kita akan pesan nenek moyang. Jangka Jayabaya adalah futurologi yang sangat fenomenal dan legendaris dibaca, diingat dan dibenarkan orang sekarang. 

Jawa kalungan wesi menjadi penanda akan datangnya kereta api. Wong Jawa nanggep wayang saben umah, wong mlarat nutukna gabah maring wong sugih, wong pidato saben umah,  dan masih banyak lagi. 

Namun tiap daerah pasti punya cerita, legenda, mitologi  yang sering dianggap tak rasional di masanya, namun menjadi sangat aktual di masa kemudian. Di daerah anda pasti ada juga cerita tentang hal ini. 

Silakan berbagi di kolom komentar! Terimakasih. Semoga bermanfaat.



sastrapinggiran.id Web blog ini adalah ruang inklusif untuk dokumentasi karya literasi yang dikelola Komunitas Sastra Pinggiran. Anda bisa bertanya dan berbagi kiriman karya baik cerpen, cerkak, puisi, guritan, esai bisa dikirim ke : red.sastrapinggiran@gmail.com

Belum ada Komentar untuk "Karena Masa Lalu Selalu Aktual, Mitologi Bisa Jadi Futurologi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel