Resensi Buku: Permainan Kekuasaan Rahman Arge, Cerdas dan Solutif Mengritik Kekuasaan


Di zaman Konfusius berabad-abad sebelum Masehi, hidup seorang maharaja bengis yang punya ribuan selir, tapi dibuat tak bisa tidur oleh seorang gadis desa. Sang Raja bertanya kepada Konfusius "kenapa saya ini?" Dan filsuf arif itu menjawab, "Itulah cinta." Gampang mencari gadis desa itu, karena daya pukaunya memancar dari mata kiri sebagai penandanya.

Namun, justru mata kiri ini jadi sumber bencana. Sang raja cemburu melihat para menterinya melirik daya pukau mata kiri kekasihnya. Dengan kebengisannya dan ditopang logika hidupnya yang mekanik-reduksionis, Sang Raja pun memutuskan, "Aku 'kan cuma butuh pesona mata kirinya? Bagian-bagian tubuh lainnya, tak perlu!"

Maka diperintahlah menghadap para ahli "pengawet mata", spesialis mata kiri. Lalu mata itu dipajang dalam tabung kaca, sehingga pragmatisme cinta Raja terpenuhi. Bagian-bagian lain dari tubuh wanita itu diserahkan ke mulut serigala. Siang malam Sang Raja menatap mata kiri itu, tapi tak ada lagi yang membuat kalbunya bergetar. Kegelisahan penguasa absolut itu memuncak ketika disadarinya ia kehilangan dua hal: "Keindahan jasmani cintanya, sekaligus rohnya."

Tiga paragraf di atas merupakan pembuka salah satu esai dari Rahman Arge yang terkumpul dalam buku 200 kolom pilihan Permainan Kekuasaan. 

Buku bercover merah dengan tebal 814 halaman terbitan Kompas 2008 ini cukup padat dan berisi 'daging' yang bisa memberikan asupan bagi pemikiran pembacanya. Cerita tentang Konfusius ini merupakan pembuka dari esai Misteri 100 Hari saat pemeritahan SBY - JK. 

Dalam salah satu dari esainya tersebut budayawan, politisi dan wartawan senior ini memberikan banyak pandangan mengenai kehidupan bernegara yang tidak hanya terjebak pada frasa 100 hari termasuk pemerintah. Frasa 100 hari ini diharapkan tidak hanya menjadi penjara bagi pemimpin sehingga ke mengabaikan kinerja hari -hari lima tahun mendatang. 

Selain berefleksi dalam buku ini Rahman banyak mencuplik cerita-cerita hikmah dari peristiwa dunia, dan tokoh-tokoh dunia dalam soal kepemimpinan, agama, kebangsaan dan lainnya. 

Rahman dengan fasih mencuplik, mengutip sejumlah quote dari Roosevelt, Plato, Erich Fromm bahkan tak lupa tokoh dari Sulawesi hingga Ronggowarsito dalam esainya. Tak hanya itu ia juga sangat peka dengan berbagai fenomena hiburan dan bintang film dunia saat itu mulai dari Demi Moore dan lainnya. 

Berbagai pelajaran dari para tokoh hingga kejadian dunia ini ditarik ke ranah nasional sehingga terasa dekat dengan pembaca. Ulasan yang cerdas, pas dalam mengritik Presiden SBY, Gus Dur hingga Megawatipun diketengahkan tanpa tedeng aling-aling, tetapi tetap pas. 


sastrapinggiran.id Web blog ini adalah ruang inklusif untuk dokumentasi karya literasi yang dikelola Komunitas Sastra Pinggiran. Anda bisa bertanya dan berbagi kiriman karya baik cerpen, cerkak, puisi, guritan, esai bisa dikirim ke : red.sastrapinggiran@gmail.com

2 Komentar untuk "Resensi Buku: Permainan Kekuasaan Rahman Arge, Cerdas dan Solutif Mengritik Kekuasaan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel